PONARI-Si Dukun Cilik: sepeti yang kalian tahu,kalau sedang membicarakan kota Jombang. kita pasti teringat si dukun cilik,ponari.
sebagai pengenalan atau perdana blog saya,maka saya akan membuat artikel tentang booming ponari.
Canda tawa sekelompok anak terdengar cukup ramai. Suasana ceria tergambar pada satiap raut wajah mereka. Salah satu dari bocah itu adalah Ponari, sang dukun cilik yang fenomenal dengan “batu saktinya”. Ponari tinggal di Desa Balongsari Kecamatan Megaluh, Jombang. Dia kini banyak menghabiskan waktu dengan bersekolah dan bermain bersama teman-temannya. Aktivitas yang dulu sangat jarang, bahkan tidak mungkin Ia lakukan.Ponari saat ini duduk di kelas 6 di SDN I Balongsari Kecamatan Megaluh. Miftahul Huda selaku Kepala Sekolah mengatakan, tidak ada prestasi yang menonjol pada diri Ponari. “Prestasinya ya sedang-sedang saja, tidak ada prestasi ranking 1 atau 2”, jelasnya.
Pihak sekolah pun tidak memberikan perlakuan khusus baik sebelum atau sesudah Ponari terkenal. Di sekolah, Ia mendapat perlakuan sama seperti anak-anak lain pada umumnya. Dan di mata teman-temannya, Ponari termasuk anak yang sopan dan juga memiliki sosialisasi yang baik.
“Ponari anaknya baik dan sopan, meski dia sering gak masuk karena sakit panas”, tutur Rizky, teman sekelas Ponari.
Sama seperti anak-anak umumnya, Ponari belajar dan bermain di sekolahnya. Ia juga mengikuti les tambahan di sekolah untuk persiapan UNAS. Sekilas terkesan tidak ada yang istimewa dari sosok Ponari di sekolah. Sosoknya yang bersahaja membuat Ia gampang berbaur dengan teman-temannya.
Bangku paling depan dan menghadap langsung dengan meja guru adalah tempat duduk Ponari. Dengan sesekali bercanda, Ia mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan guru dengan serius. Materi yang diajarkan pun Ia catat di buku pelajaran yang dibawanya dari rumah. Belajar, bermain dan bercanda bersama teman-temannya merupakan aktivitas Ponari sehari-hari. Dan memang sudah seharusnya seorang anak mendapatkan hak belajar dan bersosialisasi dengan rekan sebayanya termasuk Ponari.
Saat jam menunjukkan pukul 2 siang dan bel sekolah berbunyi, siswa-siswa keluar dari kelas masing-masing. Demikian dengan Ponari, Ia langsung menuju ayahnya yang menunggunya pulang sekolah. Tiap hari sang dukun cilik selalu diantar jemput oleh orangtuanya. Mereka kasihan bila anaknya harus berangkat dan pulang sekolah sendiri. Jarak antara rumah Ponari dengan sekolah sendiri mencapai 3 km.
Rumah Ponari terlihat berbeda dengan rumah-rumah lainnya. Rumahnya yang dulu sederhana kini berubah menjadi mewah. Pendapatannya kala itu mencapai milyaran rupiah. Dia gunakan uang itu untuk memperbaiki rumahnya . Selain itu, sebuah musholla juga ia dirikan dari uang hasil praktek pengobatan tersebut. Meskipun kini tak seramai dulu, setiap hari tetap saja ada pasien yang datang berobat. Saat asyik bermain, Ponari tidak pernah mengeluh ketika Ia harus berhenti sejenak untuk mengobati pasien. Sementara itu, menurut ayah Ponari, Kamsin mengatakan pasien yang datang dibatasi mulai jam 11 siang sampai jam 4 sore. Hal ini agar tidak mengganggu aktivitas Ponari, dan tidak berdampak negatif pada nilai akademis Ponari.
Layaknya anak kecil seusianya, hobi Ponari adalah bermain Play station. Dan permainan sepak bola menjadi salah satu kegemarannya. Jari-jarinya bergerak lincah memainkan stick yang ia pegang. Sesekali ia menghela napas ketika pemainnya gagal mencetak angka.
“Saya sukanya maen game sepak bola, trus saya juga suka Gonzales karena kalo menendang hebat”, tuturnya dengan lugu. Biasanya Ponari bermain PS hingga sore hari, karena sore hari ia harus mengaji dengan teman-temannya. Uniknya, Ponari tidak bisa makan daging. Ia mengaku tidak bisa makan daging karena selalu tidak bisa mencernanya. Oleh karena itu, ia selalu makan sayur atau mie goreng yang merupakan makanan kesukaannya.
Sebagai anak semata wayang, Ponari merupakan pangkuan harapan orang tuanya. Ayah dan ibunya membebaskan Ponari untuk menjadi apapun yang ia inginkan. Asal masih berpegang pada agama dan peraturan yang berlaku. “Saya nurut anaknya saja pengennya jadi apa. Orang tua hanya mendukung apa dicita-citakannya”, tutur Mukaromah, ibu Ponari.
Senyuman, canda tawa dan bersosialisasi merupakan hak setiap anak termasuk Ponari. Hal berharga yang dimiliki seorang anak adalah cita-cita dan impiannya. Dan Ponari mempunyai hak untuk mencapai impiannya di masa depan kelak. Seperti yang ada pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979. Dalam UU itu disebutkan bahwa anak-anak berhak mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya untuk menjadi individu yang memiliki karakter yang berkualitas. Semoga senyum Ponari tetap mengembang hingga Ia mampu meraih mimpi-mimpinya.
sebagai pengenalan atau perdana blog saya,maka saya akan membuat artikel tentang booming ponari.
Canda tawa sekelompok anak terdengar cukup ramai. Suasana ceria tergambar pada satiap raut wajah mereka. Salah satu dari bocah itu adalah Ponari, sang dukun cilik yang fenomenal dengan “batu saktinya”. Ponari tinggal di Desa Balongsari Kecamatan Megaluh, Jombang. Dia kini banyak menghabiskan waktu dengan bersekolah dan bermain bersama teman-temannya. Aktivitas yang dulu sangat jarang, bahkan tidak mungkin Ia lakukan.Ponari saat ini duduk di kelas 6 di SDN I Balongsari Kecamatan Megaluh. Miftahul Huda selaku Kepala Sekolah mengatakan, tidak ada prestasi yang menonjol pada diri Ponari. “Prestasinya ya sedang-sedang saja, tidak ada prestasi ranking 1 atau 2”, jelasnya.
Pihak sekolah pun tidak memberikan perlakuan khusus baik sebelum atau sesudah Ponari terkenal. Di sekolah, Ia mendapat perlakuan sama seperti anak-anak lain pada umumnya. Dan di mata teman-temannya, Ponari termasuk anak yang sopan dan juga memiliki sosialisasi yang baik.
“Ponari anaknya baik dan sopan, meski dia sering gak masuk karena sakit panas”, tutur Rizky, teman sekelas Ponari.
Sama seperti anak-anak umumnya, Ponari belajar dan bermain di sekolahnya. Ia juga mengikuti les tambahan di sekolah untuk persiapan UNAS. Sekilas terkesan tidak ada yang istimewa dari sosok Ponari di sekolah. Sosoknya yang bersahaja membuat Ia gampang berbaur dengan teman-temannya.
Bangku paling depan dan menghadap langsung dengan meja guru adalah tempat duduk Ponari. Dengan sesekali bercanda, Ia mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan guru dengan serius. Materi yang diajarkan pun Ia catat di buku pelajaran yang dibawanya dari rumah. Belajar, bermain dan bercanda bersama teman-temannya merupakan aktivitas Ponari sehari-hari. Dan memang sudah seharusnya seorang anak mendapatkan hak belajar dan bersosialisasi dengan rekan sebayanya termasuk Ponari.
Saat jam menunjukkan pukul 2 siang dan bel sekolah berbunyi, siswa-siswa keluar dari kelas masing-masing. Demikian dengan Ponari, Ia langsung menuju ayahnya yang menunggunya pulang sekolah. Tiap hari sang dukun cilik selalu diantar jemput oleh orangtuanya. Mereka kasihan bila anaknya harus berangkat dan pulang sekolah sendiri. Jarak antara rumah Ponari dengan sekolah sendiri mencapai 3 km.
Rumah Ponari terlihat berbeda dengan rumah-rumah lainnya. Rumahnya yang dulu sederhana kini berubah menjadi mewah. Pendapatannya kala itu mencapai milyaran rupiah. Dia gunakan uang itu untuk memperbaiki rumahnya . Selain itu, sebuah musholla juga ia dirikan dari uang hasil praktek pengobatan tersebut. Meskipun kini tak seramai dulu, setiap hari tetap saja ada pasien yang datang berobat. Saat asyik bermain, Ponari tidak pernah mengeluh ketika Ia harus berhenti sejenak untuk mengobati pasien. Sementara itu, menurut ayah Ponari, Kamsin mengatakan pasien yang datang dibatasi mulai jam 11 siang sampai jam 4 sore. Hal ini agar tidak mengganggu aktivitas Ponari, dan tidak berdampak negatif pada nilai akademis Ponari.
Layaknya anak kecil seusianya, hobi Ponari adalah bermain Play station. Dan permainan sepak bola menjadi salah satu kegemarannya. Jari-jarinya bergerak lincah memainkan stick yang ia pegang. Sesekali ia menghela napas ketika pemainnya gagal mencetak angka.
“Saya sukanya maen game sepak bola, trus saya juga suka Gonzales karena kalo menendang hebat”, tuturnya dengan lugu. Biasanya Ponari bermain PS hingga sore hari, karena sore hari ia harus mengaji dengan teman-temannya. Uniknya, Ponari tidak bisa makan daging. Ia mengaku tidak bisa makan daging karena selalu tidak bisa mencernanya. Oleh karena itu, ia selalu makan sayur atau mie goreng yang merupakan makanan kesukaannya.
Sebagai anak semata wayang, Ponari merupakan pangkuan harapan orang tuanya. Ayah dan ibunya membebaskan Ponari untuk menjadi apapun yang ia inginkan. Asal masih berpegang pada agama dan peraturan yang berlaku. “Saya nurut anaknya saja pengennya jadi apa. Orang tua hanya mendukung apa dicita-citakannya”, tutur Mukaromah, ibu Ponari.
Senyuman, canda tawa dan bersosialisasi merupakan hak setiap anak termasuk Ponari. Hal berharga yang dimiliki seorang anak adalah cita-cita dan impiannya. Dan Ponari mempunyai hak untuk mencapai impiannya di masa depan kelak. Seperti yang ada pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979. Dalam UU itu disebutkan bahwa anak-anak berhak mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya untuk menjadi individu yang memiliki karakter yang berkualitas. Semoga senyum Ponari tetap mengembang hingga Ia mampu meraih mimpi-mimpinya.
Tapi beberapa tahun ini,saya banyak menjumpai bukti kalau ponari tidak hanya menjadi dukun cilik saja. tetapi juga merambah kedunia infotemen(maklum kalau salah,pokoknya kayak itulah!) seperti iklan minuman,iklan film,dll. kalau agan enggak percaya! aku kasih bukti yang nih!
berikut iklan yang sudah d bintangi oleh ponari:
hahahahahaha............ makin tenar saja ponari ini!
sekian dulu ya gan.... yang mau koment langsung aja di bawah ini. assalamualaikum wr.wb